Peringatan Hari Guru Nasional disambut dengan meriah oleh Guru dan Karyawan Unit Sekolah Tarsisius Vireta. Meskipun dirayakan secara daring, namun tidak menghilangkan antusias mereka. Adapun upacara peringatan Hari Guru yang dilaksanakan melalui zoom dan live streaming melalui SD Tarsisius Vireta Official dihadiri oleh pimpinan, guru dan karyawan dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA (Tangerang, Kamis, 25 November 2021). Sebelumnya, setiap jenjang telah merekam video upacara pengibaran bendera merah putih; sesuai dengan tugas yang diberikan kepada setiap jenjang. Rangkaian upacara peringatan hari guru nasional diikuti dengan khidmat oleh seluruh peserta.
Dalam amanatnya, Fx. Sriwidodo Ananto, S.Pd menyampaikan bahwa upacara perayaan hari guru nasional merupakan salah satu cara untuk mengenang, menghargai dan mengapresiasi jasa para guru di Indonesia. Meskipun diperingati secara daring karena situasi pandemi covid-19. “Pertama-tama kita pantas mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkatnya kita dapat berada di tempat ini dalam keadaan sehat dan baik. Setiap tahun kita memperingati hari Guru. Namun hari ini kita berbeda. Mengapa? Karena seperti yang diketahui, untuk mengenang, menghargai dan mengapresiasi jasa para guru di Indonesia, diperingati Hari Guru Nasional 2021. Di samping itu petugas uoacara dari guru dan di bantu siswa secara virtual di masa pandemi covid-19”, katanya Fx. Sriwidodo dalam amanatnya
Ia juga menjelaskan bahwa perayaan hari guru tidak lepas dari sejarah perjuangan para guru di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. “Sejarah Hari Guru tidak lepas dari perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam mengupayakan pendidikan untuk masyarakat sejak zaman kolonial Belanda. Untuk mengenang jasa tersebut, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Hal itu sebagaimana termaktub dalam Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994”, lanjutnya
Fx. Sriwidodo juga menyinggung tentang tema Hari Guru Nasional yakni “Bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan”. Terkait dengan tema tersebut, ia menyoroti semangat para guru yang terus belajar untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kualitas belajar di masa pandemi ini. “Elemen-elemen dalam pendidikan yang terdiri dari figur pak guru, ibu guru, serta siswa dan siswi dalam menjalankan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) tampak memakai masker dan begitu dinamis dan ceria dengan memanfasatkan teknologi yang terhubung dengan wi-fi, laptop, telepon selular serta aplikasi lainnya yang memiliki relevansi kuat dengan kondisi saat ini sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan teknologi digambarkan dengan simbol-simbol wi-fi, laptop, telepon selular, serta aplikasi telekonferensi, yang memiliki relevansi kuat dengan kondisi aktual saat ini sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar. Dimana seluruh komponen pendidikan mulai dari guru, murid, hingga orang tua, yang bersinergi menciptakan semangat belajar yang merdeka dan penuh cinta guna memberikan hasil yang terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia”, jelasnya
Menurutnya, menjadi guru bukan sekedar profesi, melainkan sebuah panggilan. “Ini ingin menegaskan bahwa menjadi guru adalah sebuah Panggilan bukan sekedar profesi. Mengapa saya menjadi seorang guru? Pertanyaan yang begitu mudah namun sukar dijawab. Profesi guru mulai memikat hati saya sejak saya mulai merasakan kepuasan batin yang berbeda dari sebelumnya. Kepuasan yang memiliki nilai tersendiri yang tidak berbicara tentang hasil yang saya peroleh namun tentang apa yang saya lakukan. Kepuasan itu membuat saya memutuskan mengikuti kata hati saya”, Fx. Sriwidodo Ananto menegaskan.
Kemudian ia menjelaskan tentang tantangan dan kebanggaan dalam diri guru yang timbulkan bukan saja karena nilai melainkan melainkan karena perubahan sikap ke arah yang baik. “Sangat banyak tantangan menjadi guru namun secara tidak langsung tantangan itulah yang menjadi tanggung jawab dan membuat saya bertahan menjadi seorang guru. Keberhasilan seorang guru terlihat dari kemampuan peserta didik merangsang, menerima, dan mengolah informasi yang diperolehnya dari guru, yang tidak hanya dilihat dari hasil kognitif (pengetahuan) tetapi hasil psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap). Saya sangat bangga dan berhasil ketika melihat nilai 100 berdiri tegak di kolom atas kertas ulangan mereka. Tetapi, bukan hanya nilai membuat saya bangga melainkan keberhasilan pembentukan karakter mereka membuat saya puas. Bangga melihat siswa-siswi menikmati pembelajaran bukan sebagai paksaan tapi sebuah kebutuhan. Dan, bahagia ketika mampu menghidupkan serta mengembangkan kemampuan mereka juga mengubah pola pikir ke arah yang lebih baik”, jelasnya
Baginya, guru adalah seorang petani yang terus menuai tak henti. Meskipun profesi guru juga menyentuh berbagai bidang mulai manager, psikolog dan lain sebagainya. “Menjadi guru sama seperti seorang petani. Sama-sama menanam, seorang guru langsung menuai dan tak henti-hentinya menuai. Tanam hari ini, tuai hari ini juga, dan akan terus menuai pada kemudian hari. Menjadi guru harus terus belajar tidak pernah ada kata cukup dan tuntas. Harus selalu mengalami pembaruan. Walaupun profesi guru ada kalanya seperti menjadi manajer yang harus menentukan rancangan pelaksanaan pembelajaran. Ada kalanya harus menjadi psikolog yang mampu menjiwai peserta didik. Dan, ada kalanya harus menjadi artis sebagai figur motivator bagi mereka. Mendidik, Melatih dan mengajar merupakan tugas utama guru. Mendidik, Melatih dan mengajar membutuhkan kesabaran tak terhingga. Oleh karena itu, untuk menjadi guru dibutuhkan sebuah panggilan”, lanjutnya
Pada akhir sambutannya, Fx. Sriwidodo Ananto, S. Pd mengajar para guru untuk menjadi sahabat yang merangkul dan mendidik. Ia menegaskan bahwa guru adalah sahabat yang menyayangi dan sahabat yang membina. “Maka jadilaknlah Guru sebagai agen perubahan dan dalam keseharian sebagai sahabat. Sahabat adalah Menyanyangi bukan menyaingi, Sahabat adalah mendidik bukan membidik, Sahabat itu merangkul bukan memukul, Sahabat itu membina bukan menghina, Sahabat itu mencurahkan bukan memurahkan, Sahabat itu mencari dan menemukan solusi bukan mencari sensasi, Sahabat itu membutuhkan bukan meruntuhkan, Kadang sahabat yang suka mentraktir kita Bukan karena mereka berlebihan tapi.. karena merekai menghargai . Ada sahabat yang selalu share WA/FB ke kita bukan karena mereka merasa lebih pintar..tapi karena ingat pada kita. Sahabat itu menghargai bukan melukai, Persahabatan berlandaskan hati yang tukus dan ikhlas. Persahatan akan terus berlangsung walau banyak sekali halangan, Sahabatku meskipun tidak sering bertemu tapi selalu diingat itu Sahabat, Marilah kita bangun persahabatan dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, Sehat dan sukses untuk semua sahabat-sahabatku”, tegasnya menutup amanat [DGea]
HAPPY TEACHER‘S DAY. SELAMAT HARI GURU. SALAM GURU PENGGERAK INDONESIA MAJU.