Tangerang-Dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) SD Tarsisius Vireta mengadakan rekoleksi untuk peserta didik kelas I-VI (Rabu-Kamis, 12-13 Oktober 2022). Rekoleksi kali ini mengusung tema “Allah Sumber Harapan Hidup Baru”.
Pada kesempatan itu, para guru agama bertindak sebagai pemberi materi rekoleksi. Adapun ibu Yohana Yusti Ambarwati, S.Ag membimbing dan memberi materi untuk kelas I dan III. Sementara itu, bapak Detianus Gea, S.Pd membimbing dan memberi materi untuk kelas II dan VI. Sementara itu, bapak Charles Manalu, S.Ag membimbing dan memberi materi untuk kelas IV dan V.
Dalam sambutannya, ibu Yohana Yusti Ambarwati, S.Ag menjelaskan pengertian rekoleksi kepada peserta didik sebagai latihan hidup rohani untuk menumbuhkan rasa ingin berubah dari perbuatan masa lalu yang kurang baik menjadi lebih baik. “Rekoleksi merupakan salah satu kegiatan untuk melatih hidup rohani dan menumbuhkan rasa ingin berubah menuju ke arah yang lebih baik”, katanya ibu Yohana
Tema yang diusung dikemas sedemikian rupa sehingga mengambil dasar dari Perumpamaan Seorang Penabur (Matius 13:1-23). Melalui rekoleksi ini peserta didik diajak untuk menjadi tanah yang subur bagi Firman Tuhan. Selain itu, peserta didik mampu pula mengubah kebiasaan-kebiasaan buruknya dan memulai hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Ibu Yohana melalui materi yang diberikan, mengajak peserta didik membiasakan diri untuk mengerjakan tugas secara mandiri, memiliki mental yang tangguh dan tidak mudah menyerah. “Sebagai anak-anak yang diberkati dan dikasihi Tuhan, perlu memiliki mental yang Tangguh dan tidak mudah menyerah ketika mengerjakan tugas-tugas yang sulit”, tegasnya
Bapak Charles Manalu, S.Ag dalam penjelasannya menyampaikan agar peserta didik memiliki sikap optimis dan tidak mudah menyerah. “Jadilah tanah yang subur sehingga menghasilkan buah yang berlipat ganda. Ini diawali dengan sikap optimis dan sikap mengandalkan Tuhan”, katanya
Selain itu, bapak Detianus Gea, S.Pd dalam pemaparannya mengajak peserta didik untuk meninggalkan kebiasaan yang kurang baik seperti malas mengerjakan tugas, malas bangun pagi, dan suka menunda-nunda tugas. “Anak-anak perlu mengatur waktu agar mampu mengerjakan tugas tepat waktu dan menjadi kebiasaan yang baik”, tuturnya*(D. Gea)