Ibu, entah dengan apa
Aku membalas kasih sayangmu
Segenggam emas atau pun berlian
Tak dapat membalas kasih sayangmu
Selama sembilan bulan lebih
Engkau membawaku
kemana saja engkau pergi
Setelah tiba waktunya aku pun dilahirkan
Engkau membedongku dengan penuh kasih sayang
Engkau tak kenal lelah
Sejak kecil engkau merawatku dengan penuh kasih
Ketika lapar, engkau menyusuiku
Setelah mandi, engkau membaringkanku
Disebuah ayunan buatan bapak
Engkau tak membiarkanku menangis
Meskipun larut malam
Engkau bangun menenangkanku
Rasa ngantuk yang melanda
Seolah hilang menatap wajahku
Anakmu yang sering tidak tahu terima kasih
Ibu, entah bagaimana
Aku membalas pengorbananmu
Seluruh pemberianku
Tak dapat mengganti tetesan keringatmu
yang berderai membasahi bumi
Tak mungkin menghapus jejak indah
yang terpatri melukis sejarah
Kala pagi tiba, sebelum ayam berkokok
Engkau bergegas menapaki jalan bersama embun pagi
Merajut harapan dengan sepenuh hati
Engkau melangkah menuju ladang
Menanam singkong, cabai, dan sayur-sayuran
Makanan pokok kala padi kena hama
Tak terkira rasa lelahmu
Engkau pulang ke rumah
Ketika mentari telah terbenam
Dan rembunan mulai menunjukkan dirinya
Dengan langkah yang tertatih
Engkau menapaki jalan menuju rumah
Menatap wajahku, anakmu
Lelah itu sirna
Oh ibu, nada terindah
Tak dapat melukiskan
Betapa sucinya kasih sayangmu
Bahkan pelangi tak dapat melukiskan
Betapa indah warna sejarah
Yang engkau goreskan dihidupku
Setiap nasehat yang keluar dari mulutmu
Kala daku mulai nakal adalah mutiara berharga
Bagai sabda pertiwi yang menyegarkan jiwa
Meneguhkan dan mengokohkan budi
Tiada yang seperti engkau
Engkau malaikat yang dikirim Tuhan
Malaikat yang berhati murni
Dengan tutur yang lembut dan hangat
Ibu, engkaulah penyejuk jiwa
Pemberi harapan dikala asa mulai pudar
Teman setia sepanjang hidup
Kasih sayangmu tetap, tak pernah luntur
Puisi ini tak dapat menggambarkan
Betapa besar kasih dan pengorbananmu
Ibu, Puisi ini hanyalah luapan kepenatan hati
Anakmu ditanah rantau
Aku merindukan nasehat dan belaian ibu
Dikala malam tiba
Dalam doaku nama ibu terucap
Pintaku pada-Nya,
“Tuhan aku merindukan ibu, jaga dan berilah kesehatan padanya”.
Selamat Hari Ibu 2021, Tuhan Memberkati.
Penulis: Detianus Gea, dalam buku Antologi Puisi “Ibuku Surgaku” yang diterbitkan oleh Penerbit Kosa Kata Kita-Jakarta, tahun 2020, hlm. 87-90.