Asisten provinsial MSC, Romo Agustinus Handoko memberikan khotbah yang sangat aktual dalam perayaan Ekaristi pembukaan tahun pelajaran baru 2019/2020 di Kemakmuran, Jakarta pusat, sekolah Tarsisius I, Jumat (26/7).
Rm. Handoko mengatakan, agar bersemi bersama, kita harus sadar bahwa kita adalah manusia yang bertumbuh. Dalam khotbah tersebut Asisten Provinsial MSC itu mengupas panjang lebar tentang 3 lapisan otak manusia yakni lapisan otak reptil, mamalia dan neokorteks.
“Yang paling rendah adalah semua punya otak tetapi kadang-kadang tidak berotak, banyak diantara kita belum mencapai standar otak manusia”, kata romo Handoko dalam pengantar Misa.
Hemat Rm. Handoko, manusia berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Manusia memiliki kelebihan tersendiri yaitu kecerdasan intelektual. Neokorteks bermaksud agar manusia dapat berpikir dan mengambil keputusan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan organisme lain.
Lapisan otak reptil berkaitan erat dengan hal-hal naluriah agar bisa bertahan hidup. Manusia memiliki lapisan yang serupa dengan otak reptil sehingga kadang-kadang perilakunya seperti buaya, banyak ditemukan buaya darat; saling makan satu dengan yang lain atau menghancurkan satu dengan yang lain.
“Ini semua yang berjalan adalah otak reptil; nyerang yang lain, balas dendam. Kita masih level reptil karena kita masih seperti reptil, maka hidup kita pura-pura. Kita tidak tulus. Kalau ada diantara kita seperti itu maka itu sangat berbahaya. Hal itu membuat komunitas, keluarga kita hancur. Banyak keluarga kita hancur karena kita hidup masih dalam level lapisan otak reptil”, katanya dalam khotbah.
Kemudian Rm. Handoko mengulas otak mamalia yang merupakan pengatur perasaan, dan hal itu dimiliki oleh manusia.
“Manusia lebih berperasaan karena adanya lapisan otak mamalia. Otak mamalia bertanggungjawab atas perasaan, motivasi dan kemampuan untuk memiliki memori dan belajar sehingga organisme yang memiliki otak ini berprilaku lebih fleksibel atau tidak berdasarkan naluri saja”, katanya.
“Orang yang bisanya selalu menggunakan perasaan, bawaannya baper; bawa perasaan; dikit-dikit tersinggung, ngambek, marah. Kalau level kita sampai pada mamalia, maaf saja anda belum bisa menyumbang banyak hal untuk komunitas, anda juga belum bisa menyumbang banyak hal untuk keluarga”, ujarnya.
Lebih lanjut Rm. Handoko menjelaskan otak manusia (neokorteks) yang dimiliki beberapa mamalia yakni mamalia tingkat tinggi yang disebut manusia. Dengan adanya neokorteks ini manusia lebih peka terhadap lingkungan.
Neokorteks memungkinkan manusia untuk menggunakan bahasa. Dengan otak ini manusia bisa berbahasa, berefleksi, berpikir dengan akal sehat, dan kemampuan untuk merencanakan sesuatu.
“Saat ini saya sangat senang, boleh berkumpul, kalau kita masih level reptil dan mamalia, saatnya kita spring (bersemi) bersama agar bertumbuh bersama; bertumbuh untuk menyadari bahwa anda dan saya, orang yang luar biasa, karena kita adalah citranya Allah. Kita belajar untuk sampai ke neokorteks”, katanya dengan tegas.
“Ciri orang yang levelnya tinggi yaitu berdialog bukan melakukan protes, demo. Bapak, ibu, mari kita bersama-sama; rontokan musim gugur, ayo kita gugurkan, kita semua mengalami keguguran. Gugurkan semua dan kita menjadi orang yang mampu berefleksi. Mari kita bersama-sama untuk memajukan sekolah kita”, lanjut Rm. Handoko dalam khotbahnya.
Wakil profinsial MSC itu mengajak semua guru yang hadir untuk bersama-sama memperbaiki sekolah-sekolah di bawah atap YBHK agar bersemi dan bermekar bersama.
“Saya mencintai anda dan anak-anak yang dipercayakan Tuhan untuk kita. Ini luar biasa. Tidak semua orang dipercayakan untuk mendampingi anak-anak kita, sehingga benar dikatakan, guru itu pahlawan tanpa tanda jasa”, kata Rm. Handoko.
“Kita memberikan yang terbaik sampai kurus, kita juga memberikan yang terbaik sampai gemuk; tapi ingat ya, yang gemuk itu, masuk kerajaan Allah itu pintunya sempit”, ujarnya dalam nada santai.
Sekolah ini didirikan untuk menghadirkan cinta; menghadirkan kerajaan Allah. Menghadirkan kerajaan Allah berarti siap untuk sharing (memberikan keteladanan perwujudan hidup di lapangan). Sebab Kerajaan Allah itu milik semua.
“Kita harus bertumbuh sampai otak yang ketiga yakni neokorteks; menjadi manusia, berarti anda kelihatan ilahinya, maka ada uangkapan more human, more devine” (semakin manusia, semakin ilahi), ujarnya.
Diakhir khotbah Rm. Handoko mengajak semua yang hadir untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam hati masing-masing.
“Kembali ke hatimu dan temukan Tuhan di sana”, tutupnya.
Oleh: Nasarius Fidin